Sabtu, 06 Februari 2010

MENGGAPAI IMPIAN

Suatu hari ada seorang muda yang bertemu dengan seorang tua bijaksana. Si anak muda bertanya, “Pak, sebagai seorang yang sudah kenyang dengan pengalaman tentunya Anda bisa menjawab semua pertanyaan saya.” “Apa yang ingin kau ketahui anak muda?” tanya Si orang tua. ”Saya ingin tahu, apa sebenarnya yang dinamakan impian sejati di dunia ini?” jawab Si anak muda. Orang tua itu tidak menjawab pertanyaan Si anak, tetapi mengajaknya berjalan-jalan di tepi pantai. Sampai di satu sisi, kemudian meraka menuju ke tengah laut. Setelah sampai di tempat yang lumayan dalam, orang tua itu dengan tiba-tiba mendorong anak tersebut ke dalam air. Anak muda itu meronta, tapi orang tua itu tidak melepaskan pegangannya. Sampai kemudian anak muda itu dengan sekuat tenaga mendorong ke atas, dan bisa lepas dari cekalan orang tua tersebut.

”Hai apa yang barusan bapak lakukan? Bapak bisa membunuh saya,” tegur Si anak muda kepada orang tua itu. Orang tua tersebut tidak menjawab pertanyaan Si anak, malah balik bertanya, ”Apa yang paling kau inginkan saat kamu berada di dalam air tadi?” ”Udara, yang paling saya inginkan adalah udara, ”jawab Si anak muda.

'Hmm, bagaimana kalau saya tawarkan yang lain sebagai pengganti udara, misalnya mobil mewah, gadis cantik, atau umur panjang?” tanya Si orang tua lagi. ”Tidak...tidak ada yang bisa menggantikan udara. Walaupun seisi dunia ini diberikan kepada saya, tidak ada yang bisa menggantikan udara saat saya berada di dalam air.” jelas Si anak muda. ”Nah, kamu sudah menjawab pertanyaanmu sendiri. Kalau kamu menginginkan sesuatu sebesar keinginanmu akan udara ketika berada di dalam air, itulah impian sejati.” kata Si orang tua dengan bijak.

Renungan

Apakah saat ini Anda mempunyai impian sejati? Banyak orang yang mengatakan impian mereka ini, atau itu, tapi sebagian besar yang mereka sebutkan adalah keinginan belaka, bukan impian. Keinginan sifatnya tidak mendesak. Kalau bisa dapat syukur, nggak dapat juga tidak apa-apa. Kalau bisa mobil BMW, kalau nggak Kijang juga nggak apa-apa. Ada pula orang yang mempersepsikan impian dengan harapan. Keduanya mirip namun berbeda. Harapan lebih kepada sesuatu di masa depan yang terjadi dengan sendirinya atau atas hasil kerja orang lain. Campur tangan kita kecil sekali, atau bahkan tidak ada. Impian tidak seperti itu. Apapun yang terjadi, mau tidak mau, dengan perjuangan sekeras apapun impian itu harus terjadi. Impian terbaik manusia adalah ketika berusia di bawah lima tahun. ”Saya mau jadi dokter, mau jadi pilot, dan yang lainnya” bukankah itu yang kerap dikatakan anak-anak Anda?

Sayangnya, begitu mereka menginjakkan kaki di bangku sekolah, mereka ’diharamkan’ membuat kesalahan. Selain itu, mereka juga mulai diajarkan melihat realitas dunia dari sisi yang negatif. Banyak juga orang saat ini apabila ditanya apa impiannya, mereka menjawab tidak tahu. Sungguh malang nasib orang tersebut, karena orang yang tidak mempunyai impian sebetulnya secara mental mereka sudah ’mati’. Mereka menganggap hidup adalah suatu nasib, sehingga sekeras apapun mereka bekerja atau setinggi apapun impiannya, namun apabila nasib tidak menghendaki mereka sukses, mereka tidak akan sukses. Atau ada pula tipe orang yang terjebak di dalam ’comfort zone’, di mana kehidupan mereka saat ini sudah nyaman, atau setidaknya berkecukupan. Mereka merasa tidak perlu membuat suatu impian yang lebih besar. Mereka mungkin akan berkata ”Ah, buat apa rumah besar? Bisa ngontrak saja sudah bagus”.

Ada pula orang yang sengaja tidak membuat impian, karena malu jika ditertawakan orang lain, dianggap norak, nggak tahu diri, atau bahkan gila. Sebenarnya bukan Anda yang norak, tapi karena hidup kita sudah terlalu penuh dikelilingi oleh orang-orang dengan pikiran negatif, yang ’tidak suka’ jika ada seseorang yang tadinya setingkat dengan mereka, lalu mau pergi ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka akan berusaha dengan ejekan, sindiran, dan usaha lainnya agar Anda tetap ’selevel’ dengannya. Kalau Anda ingin membuktikan, coba besok pagi di kantor, katakan kepada rekan-rekan Anda, ”Saya punya impian untuk jadi orang sukses, untuk membawa saya dan keluarga saya ke tingkat yang lebih baik”. Lalu coba lihat berapa banyak yang menertawakan Anda? Dan coba lihat pula berapa orang yang mendukung Anda. Mungkin hampir tidak ada yang mendukung Anda. Masih maukah Anda meraih impian tersebut, setelah Anda ditertawakan?

Harus yakin jikalau saat ini kita masih mampu menciptakan impian-impian tersebut, asalkan kita mau menghilangkan segala penghalang (rasa tidak percaya diri, ragu-ragu, mider, dan sebagainya) di dalam benak kita. Cobalah untuk berpikir bebas, seperti anak berusia lima tahun. Jangan hiraukan apa yang dikatakan orang tentang impian Anda, tapi berusahalah agar impian itu tercapai. Memang benar, kita tidak akan bisa mencapai semua impian kita. Tapi tanpa punya impian, Anda tidak akan meraih apa-apa. Ciptakan impian, lakukan kerjanya, dan raih hasilnya. Jika engkau ragu hasilnya meragukan, Jika engkau setengah hati hasilnyapun hanya sebagian, Jika engkau yakin sekuat tenaga seluruh impianmu akan kau raih...yakinlah...!

”KEBERANIAN ITU MUNCUL KETIKA SEORANG MEMPUNYAI KEYAKINAN DAN MIMPI SETINGGI GUNUNG HIMALAYA DAN SEDALAM SAMUDRA”

wahai Pemuda-pemudi pratisentana Bendesa Manik Mas dimanapun berada....bermimpilah yang dilandasi dengan keyakinan.... semoga semua pikiran baik datang dari segala penjuru....